- KATEGORI : ENTREPRENEURSHIP
- Tuesday, 13 November 2012 06:59
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Seorang pegawai kepergok lagi asyik main game di computer kantor pada jam kerja. Ketika ditanya : “Mengapa Anda lakukan ini….?”, karena tertangkap basah dan tidak bisa mengelak – diapun berargumen : “…Saya memang hanya berpura-pura bekerja, karena kantor ini juga hanya berpura-pura menggaji saya…”. Yang memergoki kaget dengan jawaban ini, langsung bertanya lagi : “…apa maksud Anda bahwa kantor ini hanya berpura-pura menggaji Anda ?”
Dia menjelaskan : “Sudah puluhan tahun saya bekerja disini, kantor ini tidak pernah mau tahu apakah gaji yang saya terima cukup untuk hidup saya dengan keluarga atau tidak – padahal seluruh waktu produktif saya ya ada di kantor ini, saya tidak mungkin ada penghasilan lain dari pekerjaan lain…!”.
Masih penasaran, bertanya lagi yang memergoki : “Bukankah setiap tahun gaji Anda juga naik ?”, pegawai tersebut menjawab : “Justru disitulah kepura-puraan kedua dari kantor ini…!”, dia melanjutkan : “kepura-puraan pertama adalah ketika gaji saya ditentukan tanpa memperhitungkan kebutuhan saya, kepura-puraan kedua adalah ketika gaji saya seolah naik setiap tahun padahal sejatinya turun karena kenaikannya kalah cepat dengan inflasi !”.
Situasi dilematis seperti yang terungkap dalam dialog di atas bisa dijumpai dimana saja di negeri ini baik di instansi pemerintah maupun swasta. Perusahaan atau instansi pemberi kerja sudah merasa maksimal memberikan gaji pada karyawannya, namun tetap tidak cukup atau dirasa tidak cukup oleh para karyawannya.
Ketika para karyawan tersebut terdemotivasi dan bekerja sekedar ‘berpura-pura bekerja’ , maka kinerja perusahaan atau instansi tersebut tambah runyam dan tambah tidak mampu menjamin kecukupan gaji para karyawannya. Ini adalah syirkah yang dicabut keberkahannya karena kedua belah pihak saling berkhianat terhadap yang lain.
Bagaimana mengatasi situasi seperti ini ?, tambahan modal untuk perusahaan atau injeksi dana program untuk instansi ?, ganti SDM dengan SDM yang berkwalitas ?. Masalahnya bukan di modal/dana program ataupun di SDM. Bila budaya kerja tetap, tambahan modal atau dana dan bahkan tambahan SDM berkwalitas-pun hanyalah ibarat menggarami lautan – tidak akan berdampak.
Perusahaan ataupun instansi yang mengalami situasi dilematis seperti tersebut diatas membutuhkan apa yang disebut Passion Capital. Passion Capital bukan uang dan bukan juga orang, Passion Capital adalah asset yang tidak kelihatan tetapi tidak ternilai harganya.
Sulit menggambarkan Passion Capital ini dalam bahasa Indonesia, karena terjemahanPassion adalah semangat, nafsu, cinta, keinginan besar dst. Kalau saya terjemahkan menjadi Modal Semangat – maka bukan itu maksudnya Passion Capital. Modal Semangat lebih menyerupai Modal Dengkul atau kalau dalam bahasa Inggris disebut Sweat Equity(Modal Keringat).
Lebih mudahnya saya beri contoh saja, banyak produk atau karya yang luar biasa di sekitar kita yang terlahir dari adanya Passion Capital itu. Untuk computer atau gadget misalnya, ada Apple – yang satu produknya saja seperti iPhone 5 bisa langsung mendongkrak GDP negaranya yang lagi terpuruk – saking besarnya penjualan produk tersebut di seluruh dunia.
Bagaimana kita bisa membangun atau mengumpulkan Passion Capital ini dalam suatu instansi atau perusahaan ?. Berikut antara lain adalah langkah-langkahnya :
Keyakinan
Karya kita adalah cerminan keyakinan kita. Bila kita yakin dengan apa yang kita lakukan akan membawa kebaikan pada diri kita juga, maka kita akan cenderung bisa berbuat yang maksimal.
Dalam Islam pekerjaan kita juga bagian dari ibadah, kalau ini saja kita yakini maka insyaallah kita tidak akan menyia-nyiakan puluhan tahun waktu kita hanya untuk ‘berpura-pura bekerja’ !.
Budaya
Budaya adalah hasil dari suatu proses – tidak terjadi secara ujug-ujug. Seorang pegawai hanya ‘berpura-pura bekerja...’ karena lingkungannya juga mendukung terjadinya hal itu. Proses harus dilawan dengan proses juga, artinya diperlukan upaya keras untuk bisa merubah lingkungan budaya.
Keberanian
Untuk membuat perubahan besar diperlukan keberanian, keberanian untuk melawan budaya yang buruk, keberanian untuk melawan keragu-raguan dan keberanian untuk gagal.
Keberhasilan bukan sesuatu yang final dan kegagalanpun bukan sesuatu yang fatal, keberanian untuk terus mencoba dan mencoba yang akan menjadi pembedanya.
Pembeda
Bila Anda hanya berbuat yang sama dengan yang dilakukan oleh lingkungan Anda, bila Anda hanyalah produk lingkungan Anda – maka dunia tidak akan mengenal Anda.
Dibutuhkan karya nyata Anda yang tidak biasa-biasa saja , yang akan membedakan Anda dari lingkungan Anda – jangan sia-siakan usia hanya untuk ‘berpura-pura berkarya’ , waktunya untuk sungguh-sungguh bekerja dan berkarya !.
Sumber Daya
Tidak terkira sumber daya yang ada di sekitar Anda, sebagian mungkin sudah Anda kenali sebagian mungkin masih belum Anda kenali. Sukses Anda tergantung juga dengan kemampuan Anda untuk menggali sumber daya yang ada di sekitar Anda, baik yang sudah Anda kenali maupun yang belum Anda kenali – yang masih bisa terus digali !.
Strategy
Strategy adalah jabaran dari visi Anda, tanpa strategy Visi Anda hanyalah mimpi. Dengan strategy Anda akan bisa melihat bagaimana visi Anda terwujud, langkah demi langkah.
Strategy yang diimplementasikan dalam langkah-langkah yang nyata akan membawa Anda pada jalan kemenangan yang dekat, bekerja tanpa strategy memang hanya menghasilkan kerja yang ‘pura-pura kerja’ – banyak kesibukan tetapi tidak membawa pada kemenangan (hasil).
Istiqomah
Tidak ada yang menjamin bahwa perjuangan Anda akan langsung berhasil, tetapi dengan keyakinan yang kuat, keberanian yang tinggi, sumber daya yang cukup, strategy yang implementatif, maka tinggal masalah waktu saja sebelum kemenangan besar yang insyaallah akan Anda peroleh. Kegagalan Anda hanyalah kemenangan yang tertunda, sejauh Anda terus mencoba – maka kemenangan itupun akan tiba juga waktunya.
Dengan tujuh hal tersebut di atas, seperti apapun lingkungan kerja Anda – InsyaAllah Anda akan bisa merubahnya, kalau toh masih terlalu besar untuk Anda merubahnya – setidaknya mulai dari diri Anda. Berhenti berpura-pura bekerja, mulailah bersungguh-sungguh dalam kerja, insyaallah Anda akan bisa mencapai derajat Ihsan - mencapai lebih dari yang diwajibkan untuk Anda atau dalam bahasa Inggris disebut ABCD – Above and Beyond the Course of Duty. InsyaAllah !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar